Jumat, 14 Maret 2008

Sejarah Kampung Sungai Utik

Sejarah Kampung Sungai Utik
(Sumber : kutipan dan kompilaisi dari tulisan dalam laporan lembaga LBBT, SHK, dan PPSDAK)

Kampung Sungai Utik pertama kali datang dari Lanjak, namun karena ladang mereka sering terserang hama belalang besi maka mereka pindah dari Lanjak menuju ke Sungai Abau dan tepatnya di Sungai Kersik. Tanpa diketahui alasan yang jelas dari Sungai Kersik mereka pindah ke Lanjak lagi, dan dari Lanjak pindah ke Sungai Abau. Akibat perpindahan ini terpecah menjadi dua kelompok yaitu:
• Kelompok Ijon pindah ke Palapintas dengan jumlah 6 (enam) buah pintu dan Ijon selaku Tuai Rumah. Kelompok ini selanjutnya melahirkan Tembawai Palapintas Merundup.
• Kelompok Pateh Judan pindah ke Belatong dengan jumlah 7 (tujuh) buah pintu dan Pateh Judan selaku Tuai Rumah. Kelompok ini selanjutnya melahirkan Tembawai Sungai Belatong.
• Kelompok Ijon pindah ke Tembawai Pantak dengan alasan banjir dan kelompok Pateh Judan kemudian pindah ke Tembawai Pinang.
• Tembawai Inyak, lama di tembawai ini kurang lebih 30 tahun dan dengan jumlah 19 pintu.
• Tembawai Sungai Aji, lama di tembawai ini kurang lebih 20 tahun dengan jumlah 27 pintu.
• Tembawai Gerunggang (1894-1899), lamanya 5 tahun dengan jumlah 14 pintu.
• Tembawai Rerak (1899-1907), lama menempati Tembai ini adalah 8 tahun dengan jumlah 15 pintu
• Tembawai Mugang (1907-1922), lamanya 15 tahun dengan jumlah 16 pintu
• Temabawai Pantap (1922-1950), lamanya 28 tahun dengan jumlah 19 pintu
• Tembawai Kenyalang (1950-1956), lamanya 6 tahun dengan jumlah 18 pintu alasan pindah karena rumah angat
• Tembawai Dampak Sungai Aji Puntul (1956-1957), lamanya 1 tahun alasan pindah karena sering terjadi kematian dan rumah rusak
• Tembawai Uji Bilik (1957-1972), ada 25 pintu dan alasan pindah karena rumahnya rusak.
• Pindah ke Rumah Panjang Sungai Utik (1972-sekarang)


Letak geografis dan keadaan alam

Sungai Utik adalah salah satu kampung yang terletak di bagian Utara Kabupaten Kapuas Hulu. Secara geografis kampung ini terletak pada 49N 0671000 - 0682000 BT dan UTM 0115000 - 0140000 LU. Pusat kampung terletak di tepi Sungai Utik yang mengalir ke arah Selatan bermuara ke Sungai Cemeru dan selanjutnya bermuara pula ke Sungai Kapuas. Bagian selatan wilayah kampung merupakan daerah dataran rendah yang terdiri dari daerah rawa yang sering tergenang air, sementara pada bagian Utara adalah daerah berbukit-bukit.

Secara administratif, kampung Sungai Utik merupakan salah satu Dusun di wilayah Desa Pengembangan Rantau Perapat Kecamatan Embaloh Hulu. Sungai Utik sendiri merupakan pusat Desa pengembangan yang meliputi dusun: Sungai Utik, Munggu, dan Lao’ Rugun.

Struktur pemerintahan Desa adalah:
Kades : Marsilus Uli ( Sungai Utik)
Kadus Sungai Utik : Iman
Kadus Mungguk : Mael
Kadus Lao Rugun : Jus

Sungai Utik merupakan sungai terbesar yang mengalir membelah wilayah dari Utara ke Selatan melintasi Pemukiman Sungai Utik. Sungai ini dapat digunakan untuk lalu lintas alternatif oleh penduduk dengan mengunakan perahu motor untuk menuju ke Nanga Embaloh dan Putussibau. Airnya cukup bersih dan dingin karena berasal dari daerah pegunungan dan mengalir melalui kawasan hutan primer yang sangat luas.

Kondisi tanah masih subur, hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan tanaman yang diusahakan oleh masyarakat seperti: padi, jagung, sayuran, ubi , karet dan tanaman lainnya. Kawasan yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kegiatan pertanian meliputi bagian tengah dan sekitar pemukiman, sementara bagian lain sekitar 70 persen masih merupakan hutan primer yang banyak terdapat berbagai jenis kayu bangunan dan berbagai hewan.

Penduduk dan Pemukiman

Penduduk yang mendiami wilayah Sungai Utik adalah suku Dayak Iban dengan bahasa Iban sebagai bahasa sehari-hari. Penduduk tinggal di rumah Panjai (rumah panjang) dimana rumah ini merupakan ciri khas Dayak. Bentuknya masih cukup orisinil dan masih utuh, dengan panjang 170,65 meter yang terdiri dari 28 pintu, memiliki ruai, bilik, tanyo, sadau dan sadau bugau.

Penduduk berjumlah 67 kepala keluarga yang terdiri dari 98 laki-laki dan 191 perempuan. Prosentase perempuan lebih banyak karena kebanyakan warga, terutama anak remaja laki-laki banyak pergi merantau ke Sarawak dan Sabah Malaysia.

Transportasi

Untuk dapat sampai ke kampung Sungai Utik, kita harus menempuh jarak sekitar 700 kilometer dari Pontianak dengan lama perjalanan sekitar 17 jam menggunakan mobil. Perjalanan ke kampung ini dapat ditempuh dengan menggunakan:
• bis umum dari Pontianak sampai ke Putussibau, kemudian menggunakan mobil angkutan pedesaan sampai ke kampung Sungai Utik.
• perahu motor dari Pontianak menyusuri Sungai Kapuas sampai ke Putussibau, selanjutnya dapat terus menggunakan perahu motor yang lebih kecil sampai ke kampung atau menggunakan mobil angkutan pedesaan.
• pesawat DAS dari Pontianak sampai ke Putussibau, kemudian menggunakan mobil angkutan pedesaan.

Kondisi jalan dari Pontianak sampai ke Putussibau, sebagian beraspal dan sebagian lagi masih jalan tanah. Dari ibukota Kabupaten Putussibau saat ini telah dibangun jalan menuju ke Badau yang melintasi kampung Sungai Utik. Ketika kegiatan pemetaan, pekerjaan jalan masih berlangsung dan dalam tahap pengerasan. Dengan adanya jalan itu maka masyarakat Sungai Utik tidak lagi menggunakan sungai sebagai jalur transportasi utama untuk ke Putussibau dan ke tempat lain.

Sisi lain dengan dibangunnya sarana transportasi berupa jalan yang langsung menghubungkan daerah Sungai Utik dengan ibukota kabupaten memberikan kontribusi semakin berkurangya kualitas dan rusaknya tatanan masyarakat yang dikenal sebagai masyarakat yang arif dan bijaksana.

- Sarana Komunikasi

Sarana komunikasi yang ada adalah Radio dengan siaran yang dapat ditangkap dengan jelas adalah siaran RRI Pontianak. Sedangkan informasi luar negeri di Sungai Utik diterima dengan jelas siaran radio BBC London dan Suara Amerika dan radio amatir Malaysia.

Sungai Utik merupakan sungai terbesar yang mengalir membelah wilayah dari Utara ke Selatan melintasi Pemukiman Sungai Utik. Sungai ini dapat digunakan untuk lalu lintas alternatif oleh penduduk dengan mengunakan perahu motor untuk menuju ke Nanga Embaloh dan Putussibau. Airnya cukup bersih dan dingin karena berasal dari daerah pegunungan dan mengalir melalui kawasan hutan primer yang sangat luas.

Kondisi tanah masih subur, hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan tanaman yang diusahakan oleh masyarakat seperti: padi, jagung, sayuran, ubi , karet dan tanaman lainnya. Kawasan yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kegiatan pertanian meliputi bagian tengah dan sekitar pemukiman, sementara bagian lain sekitar 70 persen masih merupakan hutan primer yang banyak terdapat berbagai jenis kayu bangunan dan berbagai hewan.

Penduduk dan Pemukiman

Penduduk yang mendiami wilayah Sungai Utik adalah suku Dayak Iban dengan bahasa Iban sebagai bahasa sehari-hari. Penduduk tinggal di rumah Panjai (rumah panjang) dimana rumah ini merupakan ciri khas Dayak. Bentuknya masih cukup orisinil dan masih utuh, dengan panjang 170,65 meter yang terdiri dari 28 pintu, memiliki ruai, bilik, tanyo, sadau dan sadau bugau.

Penduduk berjumlah 67 kepala keluarga yang terdiri dari 98 laki-laki dan 191 perempuan. Prosentase perempuan lebih banyak karena kebanyakan warga, terutama anak remaja laki-laki banyak pergi merantau ke Sarawak dan Sabah Malaysia.

Lembaga Adat

Struktur institusi adat di Sungai Utik adalah sebagai berikut:
Timanggung : Umping ( Sungai Utik) membawahi 7 kampung di 2 desa
Rantau perapat dan Langan Baru
Patih : 1. Bungin (Unga) membawahi Desa Langan Baru
2. ( Lao Rugun) meninggal dan belum diganti membawahi
Desa Rantau Perapat
Tuai Rumah : 1. Bandi ( Sungai Utik)
2. Sare ( Munggu)
3. Rugun ( Lao Rugun)
4. Jebing ( Pulan)
5. Bungin ( Unga)
6. Ucing ( Apan)
7. Ukin ( Sungai tebelian

Sarana Pendidikan dan kesehatan

Sarana pendidikan yang ada di Sungai Utik yaitu Sekolah Dasar Negeri beserta dengan Gedung Sekolah dan guru pengajar. Untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi mereka harus tinggal di Putussibau atau ke tempat lain. Sedangkan sarana Kesehatan yang ada adalah Puskesmas dan Polindes dengan tenaga kesehatan seorang mantri dan seorang bidan.

Mata Pencaharian

Mata pencarian pokok masyarakat adalah berladang dan menyadap karet. Sekedar untuk menambah pendapatan mereka berburu, membuat kerajinan berupa anyaman dan tenun kain.

Untuk memperbaiki mutu perekonomian masyarakat, maka di Sungai Utik telah didirikan sebuah Koperasi Kredit yaitu “Credit Union Tuah Menua” yang secara resmi didirikan pada tanggal 18 Agustus 1998. Upacara peresmiannya dilakukan secara adat yang dihadiri oleh AR. Mecer (YKSPK) dan Masiun (LBBT). Berdirinya Koperasi Kredit itu difasilitasi oleh Lembaga Bela Banua Talino.

Pengurus dan anggota Koperasi adalah masyarakat Sungai Utik dan sekitarnya. Untuk tahap awal, wilayah pelayanan adalah desa Rantau Perapat dan desa Langan Baru.

Peta yang dihasilkan
Peta-peta yang dihasilkan:
a. Peta Referensi e. Peta Aliran Sungai
b. Peta tataguna lahan f. Peta Keramat/ Kuburan
c. Peta Penyebaran Hewan g. Peta Penyebaran pohon
d. Peta Pemukiman

Luas wilayah dan pembagian tataguna lahannya

Berdasarkan data yang diambil pada waktu melakukan pemetaan, dapat diketahui luas wilayah Sei. Utik seperti pada tabel di bawah ini:

Tabel
Luas Wilayah Sei Utik
Berdasarkan Jenis Pemanfaatan Lahan

Jenis Pemanfaatan Lahan Luas (Ha)
Kebun Karet 156.28
Rimba 6,765.00
Sawah 244.98
Babas 2,036.32
Tembawang 15.96
Keramat 5.64
Engkabang 156.28
Total 9,380.46
Sumber: Data lapangan, 1998

Nama-nama Munggu

1. Empegal 4. Keladan 6. Kemayau
2. Demam 5. Pujan 7. Pendam
3. Tapang

Nama-nama Bukit

1. Sabang 3. Perimpah tuan 5. Tugu Jawa
2. Tungko 4. Panto 6. Ringka

Nama-nama sungai
1. Utik 31. Pujan 60. Pujan kara
2. Pujan rusa 32. Sinur 61. Cemeru
3. Mawang 33. Bunut 62. Tapang mengaris
4. Bakong 34. Temune 63. Ambun
5. Tise besai 35. Tise luput 64. Salah anyut
6. Pujan rusa 36. Gerama 65. Tekalong
7. Kenyalang 37. Ririk 66. Salam
8. Lempong 38. Langkau jupi 67. Kawing
9. Tabao 39. Bemban 68. Ngelai
10. Bengang 40. Aji 69. Aji puntul
11. Udin 41. Baya 70. Giok
12. Ulu sawa 42. Japek 71. Sega
13. Sibiro 43. Sepitoh 72. Puak
14. Gintingsalin 44. Pelai 73. Adong
15. Sede 45. Rian 74. Dampa
16. Ran 46. Jaboh 75. Perejok
17. Sedamun 47. Tapang 76. Maram
18. Langkauangus 48. Selanggai 77. Laut
19. Kebos 49. Kesuli 78. Nansang
20. Aping 50. Pelanduk 79. Ng.lubok
21. Judi 51. Nteli 80. Engkabang
22. Libao 52. Lemayong 81. Perdok karang
23. Tapangbungkak 53. Kemantan 82. Camang
24. Asam 54. Babai 83. Gerugok
25. Engkalumbe 55. Sepan besai 84. Tapang akop
26. Insair 56. Sada 85. Kabol
27. Sinyup 57. Perao 86. Batu
28. Lampah 58. Nimbung 87. Nanga tiga
29. Nanga dua 59. Jangkang 88. Bakong
30. Labi

Nama-nama Danau
1. Demam 6. Empelanjau 10. Nanga
2. Lemayung 7. Engkabang 11. Kepapak
3. Rembali 8. Ganggak 12. Kuncit
4. Ucau 9. Bontoi 13. Jambu
5. Nyato’

Nama-nama Temawai
1. Rerak 6. Embaloh 11. Ijok
2. Ng.s. Aji 7. Ali 12. Pujan
3. Sungai Aji 8. Kepayang 13. Kenyalang 1
4. Kelabo 9. Pinang 14. Kenyalang 2
5. Gerunggang 10. Inyak 15. Pantap

Tempat keramat

1. Keramat Danau Marau 4. Keramat Ngintu Menua
2. Keramat Munggu Mpegal 1 5. Keramat Munggu Mpegal 2
3. Salib Masir

Pendam/Rarong

1. Pendam Basai 5. Pendam katolik
2. Pendam Kam 6. Pendam orang Munggu
3. Pendam anak biak (tanah mali’) 7. Rarong Ibai
4. Rarong Ragai 8. Rarong Jagan

Jenis-Jenis Tumbuhan

Kayu Bangunan

1. Kedang rubeh 50. Sengkang 98. Panuk
2. Selukai 51. Dilah 99. Ran
3. Kemayau 52. Ungit 100. Selangking
4. Najau 53. Encerindak 101. Engkalumbe
5. Ensanut 54. Ulit 102. Karet
6. Mengagang 55. Melapi 103. Barek
7. Sinur 56. Bungor 104. Entimau
8. Tampan 57. Menjemuk 105. Menggasing
9. Patas 58. Merama 106. Tulang ular
10. Cemari 59. Melaban 107. Malam
11. Luweh 60. Luweh nimoh 108. Marpinang
12. Nyato 61. Nyato temiang 109. Mawang
13. Empelam 62. Mangga 110. Sibau
14. Limau 63. Keniong 111. Tebelian kapur
15. Tebelian wi 64. Tekam 112. Tekam padi
16. Tekam ensurai 65. Tekam kerabat 113. Tekam rian
17. Tekamlampung 66. Panggau 114. Perawan
18. Gereh 67. Pelai 115. Nyeluting
19. Melebot 68. Kumpang 116. Papa
20. Kedemak 69. Kemunting 117. Penyau
21. Penyau kemiding 70. Ngelai 118. Mengareh
22. Kampas 71. Tapang 119. Kaladan wi
23. Kaladan kapur 72. Resak kapur 120. Resak bara
24. Penawar 73. Penawar mansau 121. Penawar lup
25. Rampo kijang 74. Pingan 122. Manyam
26. Bilau 75. Purang 123. Kerubung
27. Ntali 76. Gerunggang 124. Merebung
28. Petai 77. Ramin 125. Panggu
29. Pukul 78. Badang 126. Sempetir
30. Ngemilas 79. Entangor 127. Entangor batu
31. Rarok 80. Kelansau 128. Bungkang
32. Raro 81. Tunam 129. Tuso bayak
33. Menuang 82. Ubah 130. Kepayang
34. Jambu 83. Empelanyau 131. Pelai
35. Nguang 84. Temala’ 132. Pitoh
36. Belante 85. Nsarai 133. Babai
37. Muman 86. Engkabang 134. Engkabang ramai
38. Engkabangtukung 87. Kasai 135. Bukuh
39. Mukung 88. Semukau 136. Suloh
40. Mecang 89. Panseh 137. Engkabangkeminting
41. Enselan 90. Kara 138. Beringin
42. Perdok 91. Terentang 139. Samak
43. Kesindok 92. Bunok 140. Merjemah
44. Medang semat 93. Medang kacang 141. Medang ulu lunga
45. Medang miang 94. Medang melabang 142. Medang pawas
46. Medang libas 95. Medang arau 143. Medang subung
47. Medang celum batang 96. Medang balung 144. Medang beting
48. Medang kerapa 97. Medang kala’ 145. Medang seluai
49. Medang kekalau

Buah-buahan

1. Rian 22. Riang isu 43. Rian tai anak
2. Riang gerinang 23. Nyekak 44. Sibau
3. Beletek 24. Ruki 45. Melanjan
4. Kuku baning 25. Titi dan 46. Punjung
5. Pudun 26. Mertapang 47. Rembai
6. Salam lensat 27. Pedalai 48. Tekalong
7. Pala musoh 28. Ntawa’ 49. Siak
8. Kandeh 29. Ngeranyek 50. Bukoh
9. Puak 30. Kemayau 51. Dedabai
10. Jelentik 31. Kekang 52. Ngkejirak
11. Lemak adau 32. Kubal 53. Tabau
12. Petai 33. Inyak 54. Pinang
13. Pisang 34. Nangka 55. Berunai
14. Gentok 35. Lengkek 56. Ngkerinyo
15. Kepayang 36. Pulok 57. Ingor
16. Bungkang 37. Perdok jugam 58. Perdok padi
17. Maram 38. Keminting 59. Kemunting
18. Ujung 39. Pal ucok 60. Nangka belanda
19. Empelanyau 40. Midong 61. Kesindok
20. Mawang 41. Mpelam 62. Limau
21. Ridan 42. Kancam peladuk 63. Pingan

Tanaman Palma

1. Mulong 7. Ntibap 13. Mudur
2. Aping 8. Pelat. 14. Maram
3. Gernih 9. Ridan 15. Pantok
4. Jepelak 10 Wi 16. Birok
5. Lemayung 11. Inyak 17. Sabun
6. Nibung 12. jaung 18. Ijuk

Jenis bambu

1. Buloh 5. Buloh kuning 9. Pren Betong
2. Pren sbiyau 6. Buloh rintap 10. Buloh ngka
3. Munte’ 7. Aur gageng 11. Jalai
4. Buloh lalau 8. Buloh mpir 12. Pren surik

Jenis rotan

1. Sagak balau 9. Tunggal 17. Danan
2. Leoh 10. Blauk 18. Jawer
3. Sampan 11. Tabu 19. Semambo
4. Serok 12. Jernang 20. Cit
5. Batu 13. Lebak 21. Semut
6. Matar 14. Mukop 22. Sugi
7. Sagak letik 15. Lalau 23. Marau
8. Lian 16. Bayau 24. Unae

Tanaman obat

1. Japa 5. Mpelemau 9. Serapa pinang
2. Retal 6. Soek 10. Pinang
3. Sireh 7. Kunyit 11. Pucung
4. Ntemu 8. Daun kameh

Jenis akar

1. Kemedu 9. Kunyung 16. Mertai
2. Belum 10. Selaseh 17. Mpelas
3. Gemalong 11. Tulang salai 18. Lemak sawa
4. Ngkelayau 12. Kerimpak pinggai 19. Malam
5. Sireh 13. Gelayok rarak 20. Nyunyut
6. Kikat 14. Kuning 21. Sedek
7. Gelabok 15. Kayas 22. Bulek
8. Kelait tengang

Jenis rumput

1. Laut 11. Mawang 21. Enterik lalang
2. Pupuk 12. Sirang belanjau 22. Pakok
3. Kanji 13. Carik kain 23. Engkupak
4. Sela padi 14. Tulang gajik 24. Capi
5. Tulang kusing 15. Kelindang 25. Rubai
6. Bilah kepayang 16. Kejuru bageli 26. Kenyalau
7. Bedega 17. Beluju 27. Empelakang
8. paitPakok kero’ 18. Empasan 28. Kemelang
9. Ngupa 19. Ngabo 29. Pakok pait
10. Ngerapo 20. Puron

Jenis-Jenis Hewan

Binatang mamalia

1. Mayau 12. Landak 22. Ringgin
2. Pelanduk 13. Cit 23. Engkulek
3. Bateh 14. Dubong 24. Luwit
4. Busau 15. Angkeh 25. Kijang
5. Sinang 16. Kubung 26. Nyumoh
6. Cupok 17. Rusa 27. Puan
7. Landak 18. Mpliau 28. Ngkerabak
8. Capi 19. Munsang 29. Aji
9. Jane 20. Kerampu 30. Pukang
10. Kera 21. Merjang 31. Jugam
11. Tupai

Jenis burung

1. Kenyalang 20. Empitu 39. Bayan
2. Sengayan 21. Krakau 40. Lang pukun
3. Tebuk 22. Semujan 41. Engkeririk
4. Beruek 23. Memuas 42. Entala
5. Kejira 24. Ensing 43. Tunggu’
6. Ensulit 25. Kukur 44. Sempidan
7. Bejampung 26. Lang burik 45. Empun
8. Papau 27. Tiong 46. Nendak
9. Imbuk 28. Belatok 47. Engkecung
10. Empula 29. Pipit antu 48. Entelit
11. Taktada 30. Ruwai 49. Mplokok
12. Senabung 31. Bedide 50. Kutuk
13. Belado 32. Semalau 51. Ketupong
14. Kuncit 33. Pipit 52. Kak
15. Lang entabukau 34. Keruak 53. Lang
16. Tajai 35. Pangkas 54. Lang buak
17. Pergam 36. Bagia 55. Layang
18. Pantak daun 37. Berabai 56. Beriak
19. Gangang 38. Sempatiang 57. Put

Jenis ular
1. sawak 10. Parai ikok 19. Puan
2. Gintek 11. Kengkamau 20. Sendok
3. Brudu 12. Ribeh 21. Tikam
4. Marsian 13. Ripang 22. Mparok
5. Beluai 14. Api ae’ 23. Kenyalang
6. Krime’ 15. Sudok 24. Tedung
7. Unyop 16. Bungai 25. Ripung
8. Belalang 17. Ngkadan 26. Kengkang
9. Kenawang 18. Ngkudu 27. Mlimang

Jenis ikan
1. Adong 10. Kujam 18. Njuar
2. Kali 11. Baung 19. Tapah
3. Runtok 12. Mplokong 20. Semah
4. Tilan 13. Indai upai 21. Tuman
5. Mpotong 14. Bantak 22. Ngkarik
6. Ntabalang 15. Kenyulung 23. Nsluai
7. Silok 16. Buing 24. Bangah
8. Palau 17. Kemujuk 25. Belida
9. Kele

Binatang Ampibi
1. Kekura 5. Raung 9. Buang
2. Ringka’ 6. Mpasan 10. Pama
3. Pamak 7. Bobuko 11. Buak
4. Lalabi 8. Baya’ 12. Kunding

Jenis Serangga
1. Kesulai 11. Pakmai 21. Buyah
2. Sawat 12. Bilon apai sali 22. Ukut
3. Indo matar 13. Indo kebari 23. Indo ro
4. Ntabah 14. Sinap 24. Sawir
5. Buntak besi 15. Buntak alau 25. Buntak rusa
6. Buntak tampe 16. Buntak dot 26. Buntak lisa
7. Buntak subung 17. Buntak balang 27. Mpagau pako
8. Mpagau kucop 18. Indo manye 28. Indo gamang
9. Indo pantal 19. Indo kemuso 29. Indo pantak babi
10. Indo pantak sirot 20. Indo naning 30. Indo bubok

DESKRIPSI NAMA-NAMA TEMPAT
 
I. Bukit Tugu Jawa

Bukit ini terletak pada koordinat 49 N 0673307 UTM 0130950. Tempat ini merupakan batas di punggungan bukit. Dinamakan Bukit Tugu Jawa karena di puncak bukit ini pernah akan dibangun sebuah tugu yang tidak jelas untuk apa. Rencana pembuatan tugu itu dilakukan oleh orang-orang Jawa pada sekitar tahun 1962. Dan entah karena apa tugu tersebut tidak jadi dibangun sehingga semen yang akan dipakai dalam pembuatan tugu itu membeku. Sampai saat ini bungkahan semen yang membeku itu masih ada berjumlah 3 buah. Oleh sebab itu masyarakat di sekitar itu menamakan tempat itu Tugu Jawa.

Bukit Tungko

Dinamakan demikian karena jika dilihat dari atas berbentuk segitiga menyerupai Tungko. Bukit ini merupakan batas antara wilayah kampung Sungai utik dan wilayah kampung Munggu, terletak pada koordinat 49 N 0679489 UTM 0133180.

Bukit Sabang

Di sekitar lereng bukit hingga ke puncaknya banyak ditumbuhi tanaman Sabang. Tanaman ini kecil mempunyai daun kecil berwarna hijau bergaris-garis merah. Ketika orang berkunjung ke sana dapat mengambil batang atau tunasnya untuk ditanam sebagai tanaman hias di halaman rumah.
Bukit ini terletak dalam wilayah kampung Sungai Utik terletak pada koordinat 49 N 0677547 UTM 0128499.

Kuburan Katolik

Tempat yang dijadikan kuburan katolik sekarang ini, pada zaman dahulu merupakan bekas rumah orang Embaloh. Tempat itu di seberang sungai Utik dekat tempat mandi orang Sungai Utik sekarang. Di sekitar tempat mandi itu orang menemukan tiang-tiang dari kayu belian yang sedang direndam oleh orang Embaloh untuk dijadikan rumah. Ada salah satu tiang belian yang agak aneh dan sering berpindah-pindah tempatnya dan kadang-kadang menakutkan. Tiang itu berukuran panjang sekitar 15 meter berdiameter 45 cm. Pada tahun 1982 tiang itu diangkat oleh masyarakat ke darat dengan upacara adat, dan didirikan di depan SDN Sungai utik, seolah-olah merupakan tugu. Tiang itu masih ada sampai sekarang.

Nanga Sungai Nyiop/Sungai Perao’

Nyiop adalah nama orang Embaloh. Orang ini sering mencari rotan menyusuri sungai Utik menuju ke daerah anak sungai. Tetapi sebelum mencapai sungai itu ada sebuah wong (riam/jeram) maka ditinggalkannya perahunya di salah satu kuala sungai, kemudian berjalan lewat darat menuju suatu tempat yang selalu menjadi tempatnya mencari rotan. Maka sungai tempat menambat perahu itu dinamakan sungai Perao’ sementara aliran sungai tempat ia sering mencari rotan itu dinamakan sungai Nyiop.

Bukit Panto

Ketika masyarakat tinggal di Tamawai Pantap, ada seorang warga yang bernama JAGAN. Semasa hidupnya, dia berkeinginan jika mati ingin dikuburkan di puncak Bukit Panto. Keinginannya itu diungkapkan kepada keluarga dan sanak saudaranya. Keinginannya itupun terkabul ketika meninggal mayatnya diusung oleh keluarga dan warga sekampung untuk dimakamkan di Bukit Panto. Tetapi karena Bukit Panto cukup tinggi, orang tidak sanggup lagi membawa mayatnya sampai ke puncak, oleh sebab itu mayatnya dimakamkan di pertengahan (tidak sampai ke puncak) Bukit Panto.
Keturunan Jagan yang ada yaitu: Munggu, Bingkok, Salong, Merang dan Siau. Bingkok mempunyai anak, di antaranya adalah Iman (yang saat ini menjadi Kadus Sungai Utik).

Daftar istilah

Umai = ladang
Damun = bekas ladang
Babas = hutan (rima atau damun)
Langkau = pondok
Kampung = Rimba
Timanggung = kepala adat pada suatu wilayah
Patih = kepala adat di bawah Timanggung
Tuai rumah = kepala adat pada suatu kampung
Sungai = sungai
Temawai = tembawang
Pulau = sekelompok hutan yang tidak dijadikan ladang, misalnya;pulau
temawai, pulau buah, pulau pendam, pulau mali’
Rima = sekelompok kecil hutan yang tidak diladangi
Tatai = tanah datar di puncak gunung
Genting = cekungan di antara puncak gunung
Tinting = Punggungan gunung/bukit
Seradak = hulu sungai/ puncak sungai
Nanga = muara sungai
Sabang =hanjuang ( kanayatn:rinyuakng)
Balai ruai =tempat yang digunakan oleh burung ruai untuk mandi
Sepan =kubangan babi hutan
Karet = kebun karet
Paya’ = daerah rendah di tepi sungai yang dapat dijadikan sawah
Lupak = rawa-rawa
Tebiang = tebing curam di tepi sungai
Tungko = tungku dapur tempat meletakkan periuk atau kuali ketika
memasak sesuatu
Tanyo =teras rumah panjang yang digunakan untuk menjemur padi
atau untuk keperluan lain (kanayatn: pante)
Merandau = berkunjung, bersilaturahmi
Sadau = loteng
Sada bugau = loteng paling atas (kanayatn: para ibakng)
Ruai = ruang tamu (kanayatn: sami’)
Bilik = ruang dalam
Dapur = dapur
Tanga = tangga
Pendam = kuburan
Rarong = kuburan tua yang mayatnya tidak dibenamkan tanah
Mua mplua’ = jendela tanpa daun jendela
Pintu mplua’ = daun jendela
Wong = riam/jeram
Apan = daerah tempat rusa mencari makan
Peda = melihat/ kelihatan
Diato = sekarang/ zaman sekarang
Merindang = mendengar
Luput = pinsan/ kolap

"Gambar tok digaga enggau baom uleh rayat mayoh Sungai Utik.
Utai digaga misek bak rayat Sungai Utik.
Ngena’ ke gambar tok endak taok endak madah ke rayat mayoh Menua Sungai utik enggau pengambeh aom."

Rabu, 12 Maret 2008

Hari Ini Ritual Ngabayotn Bersama Digelar

Kamis, 1 Juni 2006
Hari Ini Ritual Ngabayotn Bersama Digelar


Singkawang,- Upacara ritual padi masyarakat adat Dayak Salako digelar hari ini. Ritual perayaan padi yang disebut Ngabayotn itu merupakan upacara syukuran terhadap hasil panen yang diperoleh pada musim bertani sebelumnya.

Ngabayotn yang dilaksanakan di daerah Bagak Sahwa Kecamatan Singkawang Timur, Kota Singkawang, disebut Ngabayotn bersama. Disitu berkumpul seluruh masyarakat dan pemuka masyarakat untuk merayakan ritual panen padi masyarakat adat Dayak Salako.

Ngabayotn merupakan pesta ritual padi yang dilaksanakan setahun sekali setelah panen padi selesai. Wakil Walikota Singkawang yang juga merupakan Tongkor Binuo Garantukng Sakawokng, Drs Raymundus Sailan, berkesempatan hadir meninjau persiapan pelaksanaan kegiatan Ngabayotn yang akan digelar hari ini sebagai puncaknya. Persiapan itu juga dihadiri oleh Kapalo Binuo Simon Takdir yang mengatakan pelaksanaan kali ini memiliki tema berbeda dari tahun sebelumnya.

Binuo Garantukng Sakawokng bangkit kembali 1 Juni 2004 lalu, kesepuluh desa yang tergabung dalam wilayah adat Binuo Garantukng bermufakat untuk mengadakan Ngabayotn bersama, setelah masing-masing keluarga di sepuluh desa itu melaksanakan Ngabayotn.

Ngabayotn bersama itu dimaksudkan untuk memotivasi masyarakat tani di desa-desa untuk dapat meningkatkan ekonomi rumah tangganya dan melestarikan adat serta budaya mereka. Hal itu dilakukan agar ekonomi rumah tangga mereka membaik, sebagai petani mereka harus bertani, menanam padi. Masyarakat adat di desa dapat melaksanakan adat ritual padi Ngabayotn kalau mereka berladang atau bersawah menanam padi, yang dalam bahasa Dayak Salako disebut Baumo Batahutn.

Menurut Simon Takdir, sebenarnya beberapa hari sebelumnya telah dilaksanakan serangkaian kegiatan dalam perayaan Ngabayotn tersebut. Diantaranya pertandingan olahraga dan permainan rakyat digelar di Bagak Sahwa. Dalam kesempatan kemarin, Simon Takdir mengatakan bahwa hasil panen warga petani di Bagak Sahwa kali ini mengalami peningkatan. Hal itu diketahui dari pengakuan warga yang menyatakan bahwa hasil panen mereka berhasil. "Jika mereka mengatakan berhasil, artinya hasil panen mereka mengalami peningkatan," katanya. Sementara itu beberapa warga terlihat mempersiapkan kegiatan untuk kegiatan hari ini. Baik persiapan acara seremonial maupun acara lainnya. (bas)(Sumber: Pontianak Post)

Perusahaan HPH Nyelonong Survei Hutan Warga DAS Mendalam Resah

Jumat, 28 Juli 2006
Perusahaan HPH Nyelonong Survei Hutan
Warga DAS Mendalam Resah


Pontianak,- Masyarakat adat Daerah Aliran Sungai (DAS) Mendalam Kabupaten Kapuas Hulu merasa resah. Secara tiba-tiba, sebuah perusahaan kayu telah melakukan survei potensi kayu di daerah tersebut. Tanpa berkoordinasi dengan ketua adat dan tumenggung sub desa etnis disana. Mereka hendak mengeksploitasi hutan lewat izin Hak Pengelolaan Hutan (HPH).

"Perusahaan mengaku telah mengantongi izin dari Bupati Kapuas Hulu. Juga mengatakan sudah mendapat izin dari Menteri Kehutanan," ujar Jalung, salah seorang warga Mendalam yang mendatangi Pontianak Post, Kamis (27/7).

Padahal Menteri Kehutanan, MS Ka'ban dalam kunjungannya pada 19 Oktober 2005 di desa tersebut, menegaskan tak akan memberikan izin HPH kepada siapa pun. Karena DAS Mendalam merupakan bagian Taman Nasional Betung Kerihun. Di mana telah terjadi penurunan kualitas air, pendangkalan sungai, erosi dan kelangkaan beberapa jenis keanekaragaman hayati.

Atas tindakan sewenang-wenang perusahaan, warga telah mengajukan surat pernyataan sikap penolakan kepada beberapa pihak. Berdasarkan musyawarah pada 25 Mei 2006, yang memberikan ultimatum kepada perusahaan tersebut untuk segera menghentikan aktivitasnya di DAS tersebut. Tembusan surat itu, pada 3 Juni 2006 diserahkan kepada berbagai instansi terkait, diantarnya Menteri Kehutanan, DPRD Kabupaten Kapuas Hulu dan Bupati Kapuas Hulu. "Bupati sendiri hingga kini tak memberikan tanggapan apa pun. Demikian halnya dengan DPRD Kabupaten Kapuas Hulu," kata Jalung.

Karena itu, mereka terus berupaya meneruskan upayanya ke Bapedalda Kalbar. Juga menyampaikan aspirasi ke DPRD Provinsi Kalbar. Pihak Bapedalda mengatakan sebelumnya tidak mengetahui aktivitas perusahaan tersebut. Dengan adanya pernyataan sikap warga, Ir Tri Budiarto selaku Kepala Bapedalda Kalbar, mengatakan akan menindaklanjuti laporan warga dengan penelitian lebih lanjut. Sementara DPRD Kalbar merencanakan agenda hearing dengan warga.

"Kami berharap, berbagai institusi terkait segera menanggapi surat pernyataan ini. Jangan sampai terjadi tindakan anarkis, akibat penolakan warga atas kegiatan perusahaan HPH itu," tegas Jalung. Sampai kapanpun masyarakat tak akan menyerah, mencegah kerusakan hutan yang lebih parah.(dee)(Sumber: Pontianak Post)

Rekomendasi AMAN Mulai Dirumuskan

Selasa, 20 Maret 2007
Rekomendasi AMAN Mulai Dirumuskan


Pontianak,- Dalam pelaksanaan hari ketiga Kongres Alinasi Masyarakat Adat Nusantara (KMAN) III, kemarin, seluruh peserta terlihat sibuk merumuskan rekomendasi perjuangan masyarakat adat. Agar fokus pembicaraan bisa lebih terarah, rumusan rekomendasi Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) dikerjakan oleh tiga komisi yang beranggotakan anggota AMAN.

Hasil pantauan Pontianak Post, pelaksanaan kongres di Auditorium Universitas Tanjungpura, panitia membaginya dalam tiga sesi waktu yang berbeda, yakni dimulai dari pukul 09.00 - 12.00 WIB, pukul 13.30 - 17.00 WIB dan pukul 19.00 WIB hingga selesai.

Informasi yang diperoleh dari Media Centre KMAN III menyatakan kalau agenda pembahasan kongres meliputi peninjauan kembali AD/ART AMAN, perumusan program kerja AMAN periode 2007-2010 serta pembuatan rekomendasi AMAN yang nantinya ditujukan kepada pemerintah, pihak luar serta AMAN sendiri. Hingga berita ini diturunkan, acara pembahasan masih berlangsung dalam suasana yang sangat alot.(go)(sumber:Pontianak Post)

Hari Ini, Menteri Resmi Buka KMAN III

Sabtu, 17 Maret 2007
Hari Ini, Menteri Resmi Buka KMAN III


Pontianak,- Sejak pagi hingga sore hari kemarin, ratusan utusan masyarakat adat se-Indonesia mulai tiba di Kota Pontianak. Kedatangan para duta masyarakat adat ini dalam rangka menghadiri Kongres Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (KMAN) III yang digelar di 17 - 22 Maret, di Kota Pontianak.

Setibanya di ‘Bumi Khatulistiwa’ Kalimantan Barat, seluruh utusan diarahkan oleh panitia ke beberapa tempat penginapan, seperti di BLKI Kalbar, Asrama Haji Kalbar, Hotel Merpati dan Wisma Nusantara. ”Mulanya, kami ingin sekali menyatukan seluruh peserta KMAN III dalam sebuah tempat penginapan. Namun apa daya, karena keterbatasan yang ada, akhirnya keinginan tersebut tidak dapat terwujud,” kata Eva Caroline, Koordinator Media KMAN III.

Kepada Pontianak Post, dia juga mengungkapkan bahwa semula KMAN III akan dibuka Presiden DR H Susilo Bambang Yudhoyono. Tetapi, rencana itu urung terlaksana karena ada pemberitahuan dari Sekneg kalau presiden sedang berhalangan. Sebagai gantinya, Menteri Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal, Syaifulah Yusuf, didaulat untuk membuka KMAN III. “Kepastian ini kami peroleh baru beberapa hari yang lalu,” terangnya menjelaskan.

Acara pembukaan KMAN III menurut Eva akan dilangsungkan pada hari ini (Sabtu, 17/3), sekitar pukul 09.00 WIB di Auditorium Untan. Masih dalam rangkaian acara KMAN III, panitia juga menggelar sebelas acara sarasehan dengan tema-tema teraktual. Sarasehan ini rencananya akan digelar secara serempak, di sebelas tempat pada Minggu (18/3) pagi, mulai pukul 09.00 - 17.00 WIB.

Mengingat waktunya yang bersanaan, maka panitia memilih lingkungan komopleks perguruan Untan sebagai tempat pelaksanaannya. Adapun tempat penyelenggaraan sarasehan KMAN III adalah Auditorium Untan, Aula Magister Ilmu Sosial Untan, Ruang Kuliah 5 Magister Ilmu Sosial Untan, Ruang Otoda Magister Hukum Untan, Gedung Anex Untan, Ruang Cempaka Hotel Merpati, Ruang Pidana Magister Hukum Untan, Ruang Kuliah 4 Magister Ilmu Sosial Untan, Ruang Kuliah 3 Magister Ilmu Sosial Untan, Ruang Bisnis Magister Hukum Untan dan Ruang Kulaih 2 Magister Ilmu Sosial Untan. (go) (sumber:Pontianak Post)

Kalbar Tuan Rumah Kongres KMAN III Bakal Dihadiri Ribuan Utusan AMAN

Jumat, 16 Maret 2007
Kalbar Tuan Rumah Kongres KMAN III
Bakal Dihadiri Ribuan Utusan AMAN


Pontianak,- Semangat untuk mengangkat peran masyarakat adat dalam segala aspek pembangunan saat ini kian menggelora. Lewat berbagai kegiatan, komunitas ini terus aktif menggalang sebuah kesepahaman tentang pencapaian cita-cita rakyat sejahtera dan berdaulat. Kesamaan tujuan itu kini dikemas dalam bentuk Kongres Masyarakat Adat Nusantara (KMAN) III yang akan diselenggarakan 17 - 22 Maret, di Pontianak.

Seperti diungkapkan Drs Stefanus Masiun, Ketua Umum Panitia KMAN III, kegiatan akbar ini merupakan sebuah rangkaian penjalinan tali silaturahmi, dalam rangka memperkuat otonomi masyarakat adat dalam tatanan penyelenggaraan negara Indonesia dan juga untuk menghadapi globalisasi yang bergulir dengan pesat. “Melalui wadah AMAN (Aliansi Masyarakat Adat Nusantara), kita ingin mengakomodasikan isu-isu masyarakat adat yang nantinya bisa menjadi agenda pembahasan politik di tingkat nasional,” katanya kepada Pontianak Post.

Ketika ditemui di Sekretariat Panitia KMAN III, Kamis (15/3) kemarin, lebih lanjut dia mengungkapkan bahwa kegiatan KMAN III ini nantinya diikuti oleh 750 orang perwakilan AMAN. Berdasarkan schedule acara yang ada, para peserta KMAN III telah hadir di Kota Pontianak sejak beberapa hari lalu. Mengingat jumlah peserta yang banyak, pihaknya berinisiatif menggunakan BLKI Kalbar dan Asrama Haji Kalbar, sebagai tempat untuk bermalam bagi peserta. Keputusan ini terpaksa diambil karena dua penginapan yang disediakan panitia (Hotel Merpati dan Wisma Nusantara) saat ini telah penuh terisi peserta KMAN III.

Dari seluruh kabupaten/kota se-Indonesia yang mengirimkan utusan ke KMAN III, Kalbar merupakan propinsi yang terbanyak mengirimkan duta. Menurut catatan yang ada pada panitia, jumlah utusan Kalbar di KMAN III mencapai 300an orang.

Semula, kata Masiun, acara KMAN III akan dibuka secara resmi oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Namun entah mengapa, sepekan sebelum kegiatan dilangsungkan, tiba-tiba saja staf Sekneg memberitahukan bahwa karena satu dan lain hal, Presiden berhalangan hadir. Sadar akan adanya perubahan agenda acara, maka panitia memutuskan KMAN III dibuka oleh Ketua Presidium AMA (Aliansi Masyarakat Adat) Kalbar, AR Mecer.

Dalam acara pembukaan KMAN III yang akan dilangsungkan di Auditorium Untan, Sabtu (17/3) pagi nanti, akan dihadiri pula oleh Raja Devasish Roy, Wakil Masyarakat Adat (MA) Internasional, yang juga menjabat sebagai Chief of Chakma, Bangladesh. (Go)(sumber: Pontianak Post)

Masyarakat Adat Bongkar 3 Jembatan di Jalan HPH IL Marak di TN Batu Lawang

Sabtu, 24 Maret 2007
Masyarakat Adat Bongkar 3 Jembatan di Jalan HPH
IL Marak di TN Batu Lawang


Pontianak,- Karena "Illegal logging" sudah berlangsung sejak tahun 1993 di sekitar Taman Nasional Batu Lawang, Kecamatan Hulu Sungai Kabupaten Ketapang, membuat masyarakat adat menjadi "gerah". Demi kelestarian lingkungan bagi generasi penerus akhirnya pada malam pergantian tanggal 12-13 Maret 2007 masyarakat kompak membongkar tiga jembatan di jalan HPH PT AK Group.

Kejadian itu terungkap dalam dialog pada saat konggres aliansi masyarakat adat nusantara (AMAN) III dengan Walhi di Pontianak. Dibongkarnya jembatan HPH demi penyelamatan hutan itu didukung masyarakat adat yang ikut Konggres AMAN III. Apa lagi kelestarian lingkungan juga harus sorotan dunia terhadap Indonesia. Bahkan, negara ini juga diwajibkan untuk melestarikan hutan tropis yang dimilikinya.

Terjadinya pembongkaran jembatan HPH di wilayah adat Desa Senduruhan Kecamatan Hulu Sungai Kabupaten Ketapang dibenarkan Datok YP Laway, anggota Aliansi Masyarakat Adat Kalbar.

Menurut tokoh adat asal Riam Dadap yang berdomisili di Kecamatan Sandai ini tindakan masyarakat adat itu mendukung program pemerintah dalam penyelamatan kelestarian hutan. Pasalnya "illegal logging" yang terjadi pada kawasan ini sudah cukup lama berlangsung. Jika dibiarkan akan berdampak luas bagi kepentingan masyarakat.

Dia menerangkan, bencana yang terjadi pada umumnya akibat ulah manusia. Selama bencana dapat diprediksi, maka sudah kewajiban manusia untuk mengantisipasinya.

"Banjir bandar dan kemarau bisa diprediksi, berbeda dengan tsunami atau gempa bumi, karena itu kerusakan hutan harus ditekan semaksimal mungkin," terangnya di Asrama Haji Pontianak.

Karena menyadari arti penting hutan dalam kepentingan masyarakat banyak, masyarakat di wilayah adat Senduruhan dan Riam Dadap melakukan pembongkaran tiga jembatan di jalan HPH PT AK Group. Pasalnya jalan yang dibangun perusahaan itu dimanfaatkan oleh masyarakat yang bekerja sebagai penebang liar, untuk mengangkut hasil tebangannya. Hasil tebangan itu disinyalir memenuhi kebutuhan sawmill di Kabupaten Ketapang. "Hutan Lindung yang dijaga masyarakat adat itu sudah banyak yang rusak, kawasan hutan lindung yang terpisah dari TNGP dijuluki juga hutan seribu bukit," tutur Datok YP Laway.

Tokoh adat yang dikenal juga sebagai pendidik ini menjelaskan Hutan Lindung Batu Lawang selama ini dikenal sebagai hutan seribu buah langka. Di dalamnya tumbuh berbagai jenis tanaman langka dan dilindungi. Sumber air terdapat di lokasi ini yang mengaliri Sungai Kerabe dan Sungai Bahana.

Sungai Kerabe muaranya ke Sungai Pawan. Sedangkan Sungai Bahana mengalir ke Sungai Keriau dan kemudian mengalir ke Kabupaten Sekadau/Melawi. Pada kawasan hutan yang dijaga masyarakat adat ini juga terdapat Rim Kelasan Melar yang mempunyai tujuh tingkatan. Riam ini dapat diolah menjadi sumber energi alternatif. "Pembongkaran yang sudah disepakati masyarakat itu, maka pada waktu Konggres AMAN banyak yang mendukung termasuk kawan-kawan dari luar negeri," tuntas Laway. (ndi)(sumber: Pontianak post)

AMAN Serukan Kedaulatan Masyarakat Adat

Rabu, 8 Agustus 2007

Pontianak,- Sejumlah aktivitas Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) menggelar aksi damai di Bundaran Universitas Tanjungpura, Selasa (7/8), memperingati hari masyarakat adat se-dunia. Ada tujuh seruan yang disampaikan dalam aksi tersebut.

Koordinator Aksi Sujarni Alloy mengatakan, aksi ini sebagai wujud keprihatinan terhadap nasib masyarakat adat yang tertindas. “Kita ingin mengajak semua orang terus berjuang mewujudkan masyarakat yang adil, sejahtera, dan demokratis,” katanya. Para aktivis itu membagikan selebaran yang berisikan tujuh seruan: masyarakat ada mempunyai martabat dan hak-hak yang sama dengan bangsa lain, segera hentikan kriminalisasi terhadap perjuangan suku-suku bangsa dalam menuntut keadilan dan kedaulatan.

Mereka juga menuntut pengusutan secara tuntas dan adili perorangan maupun institusi pelaku kriminalisasi terhadap perjuangan masyarakat adat, tanah dan kekayaan alam untuk rakyat demi cita-cita berdikari dalam bidang ekonomi. Aksi ini juga memaklumatkan keragaman budaya merupakan identitas kebudayaan nasional, bangkilah kaum muda yang berkepribadian dalam kebudayaan, dan sediakan pendidikan murah, ilmiah, dan bervisi kerakyatan untuk kaum muda.

Tak sekedar beraksi, aktivis AMAN juga membangun posko demokrasi di Bundaran Untan. Posko ini sudah berdiri sejak 7 Agustus lalu. “Malam harinya akan ada pemutaran film dan diskusi tentang masyarakat adat,” kata Alloy. Pihaknya juga akan menggelar kuliah umum dan sarasehan di Museum Negeri Pontianak pada 9 Agustus mendatang. Kuliah ini bertemakan peranan pemuda dalam mengatasi masalah ideologi, ekonomi, politik, sosial, dan budaya. “Kita juga akan menggelar pentas seni dan budaya rakyat di Bundaran Untan. Acara ini akan kita laksanakan pada 9 Agustus malam,” kata Alloy yang juga Sekretaris Jenderal AMAN Kalbar. (mnk)
(sumber pontianak post)